Jumat, 20 Maret 2015

Mengatasi Anak Kesulitan Belajar

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Ilmu pendidikan berpendirian bahwa semua anak miliki perbedaan dalam perkembangan yang dialami, kemampuan yang dimiliki, dan hambatan yang dihadapi. Akan tetapi ilmu pendidikan juga berpendirian bahwa meskipun setiap anak mempunyai perpedaan-perbedaan, mereka tetap sama yaitu sebagai seorang anak. Oleh karena itu jika kita berhadapan dengan seorang arang anak, yang pertama harus dilihat, ia adalah seorang anak, bukan label kesulitannya semata-mata yang dilihat. Dengan kata lain pendidikan melihat anak dari sudut pandang yang positif, dan selalu melihat adanya harapan bahwa anak akan dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Sudut pandang seperti inilah yang mendorong para pendidik untuk bersikap optimis dan tidak pernah menyerah.
Pendidikan memposisikan anak sebagai pusat aktivitas dalam pembelajaran. Ketika pembelajaran dilakukan maka pertimbangan pertama yang diperhitungkan adalah apa yang menjadi hambatan belajar dan kebutuhan anak. Apabila hal itu dapat diketahui maka aktivitas pendidikan akan dipusatkan kepada apa yang dibutuhkan oleh seorang anak, bukan pada apa yang diinginkan oleh orang lain. Pendirian seperti itu menganggap bahwa fungsi pendidikan antara lain untuk memfasilitasi agar anak berkembang menjadi dirinya sendiri secara optimal sejalan dengan potensi yang dimilikinya.

B.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud kesulitan belajar?
2.      Apa faktor penyebab anak kesulitan belajar?
3.      Bagaimana gejala anak kesulitan belajar?
4.      Apa saja klasifikasi kesulitan belajar?
5.      Bagaimana penanganan pada anak kesulitan belajar?




C.  Tujuan dan Manfaat
1.      Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar
2.      Mengetahui faktor-faktor penyebab anak kesulitan belajar
3.      Mengetahui gejala anak yang mengalami kesulitan belajar
4.      Mengetahui klasifikasi kesulitan belajar
5.      Mengetahui dan memahami cara menangani anak kesulitan belajar


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi Kesulitan Belajar
Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.
Menurut Hammill (1981) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakapcakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.

B.    Faktor Penyebab Anak Kesulitan Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
1.    Faktor keturunan/bawaan
2.    Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur
3.    Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
4.    Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
5.    Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6.    Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
Riset menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran sampai umur 4 tahun adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke depannya. Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar anak. Pada masa awal kelahiran sampai usia 3 tahun misalnya, anak mempelajari bahasa dengan cara mendengar lagu, berbicara kepadanya, atau membacakannya cerita. Pada beberpa kondisi, interaksi ini kurang dilakuan, yang bisa saja berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan fonologi anak yang dapat membuat anak sulit membaca (Harwell, 2001).

C.  Gejala Anak Kesulitan Belajar
1.    Pada Usia Pra Sekolah
    Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya
    Memiliki kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata
    Dibandingkan anak seusianya, penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas)
    Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan dikemukakan
    Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari
    Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat
    Sering gelisah yang berlebihan
    Mudah terganggu konsentrasinya
    Sulit berinteraksi dengan teman seusianya
    Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya
    Sulit mengikuti rutinitas tertentu
    Menghindari tugas-tugas tertentu seperti menggunting dan menggambar
2.    Pada Usia Sekolah
    Daya ingatnya terbatas (kurang baik)
    Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca. Misalnya: huruf “d” dibaca “b” Contoh: duku dibaca buku atau sebaliknya buku dibaca duku. “p” dibaca “q”, “w” dibaca “m” dan sebagainya. Bila ini yang terjadi mereka termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar disleksia.
    Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya.
    Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika. Misalnya tak dapat membedakan arti dari symbol minus (-), symbol plus (+) dan symbol kali (x) dan sebagainya
    Sulit dalam mempelajari ketrampilan baru, terutama yang membutuhkan daya ingatnya.
    Impulsif (bertindak tanpa dipikir lebih dahulu).
    Sulit berkonsentrasi
    Sering melanggar peraturan baik di rumah maupun di sekolah.
    Tidak mampu berdisiplin seperti sulit merencanakan kegiatan sehari-hari.
    Emosional, penyendiri, pemurung, mudah tersinggung, acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
    Menolak sekolah.
    Tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis
    Kacau dalam memahami hari dan waktu
3.    Pada Usia Remaja/Dewasa
    Sulit/salah mengeja huruf berlanjut hingga dewasa
    Masih sering menghindari tugas-tugas membaca dan menulis.
    Mungkin saja lancar membacanya tapi tidak mengerti atau tidak bisa menjelaskan apa yang telah dibacanya.
    Sulit menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lisan dan/atau tulisan.
    Daya ingat terbatas.
    Sulit menangkap konsep-konsep yang abstrak.
    Lamban dalam bekerja.
    Sering tidak teliti/ceroboh pada hal-hal yang seharusnya rinci atau sebaliknya justru fokus pada hal-hal yang rinci.
    Bisa salah (distorsi) dalam membaca informasi.

E.    Penanganan Anak Kesulitan Belajar
1. Penanganan anak-anak yang berkesulitan belajar secara umum bertujuan:
    Membangkitkan kesadaran tentang dirinya
    Mengoptimalkan potensi positif dan meminimalkan kesulitan/kekurangan dalam dirinya
    Menjadi orang yang mandiri sehingga mampu mencari solusi permasalahan hidup sehari-hari.
2. Mereka perlu diarahkan untuk mempelajari hal-hal:
    Bagaimana mulai mengerjakan tugas
    Bagaimana cara belajar yang efektif misalnya bagaimana memegang pensil dengan benar.
    Bagaimana mendengarkan instruksi
    Bagaimana mengamati
    Bagaimana mengorganisasikan barang-barang miliknya agar teratur.
    Penanganan anak berkesulitan belajar memerlukan kerjasama yang baik, positif dan supportive antara orang tua, guru di sekolah dan beberapa orang professional seperti: dokter anak, psikiater anak, psikolog, terapis. Diperlukan upaya yang berkesinambungan untuk melaksanakan penanganannya.
3. Orang tua dan guru wajib memahami :
    Setiap anak adalah unik tidak bisa disamaratakan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga penanganan/pendekatan setiap anak disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
    Kematangan setiap anak berbeda satu sama lain.
    Mereka membutuhkan lingkungan yang hangat, keceriaan, memberikan dukungan penuh agar mereka tidak merasa dikucilkan
    Konsisten dengan peraturan/disiplin sehingga mereka tahu apa yang boleh apa yang tidak boleh.
    Rutinitas kegiatan supaya mereka focus pada tugas dan kewajibannya.
    Hindarkan materi yang terlalu abstrak supaya mudah mereka pahami.
    Melatih penggunaan penginderaannya agar mereka memperoleh pengalaman nyata sehingga mudah diingat misalnya pengalaman menyentuh, merasakan, mencium, melihat dan mendengar akan dapat mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi kedalam otaknya.
    Menangani anak-anak yang berkesulitan belajar adalah proses yang panjang dan kesabaran yang tidak mungkin dapat dilakukan secara instant.
4. Mengatasi Anak yang Mengalami Disleksia
a.   Metode multi-sensory
Dengan metode yang terintegrasi, disini anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Dalam prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas.Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan.Sehingga mempermudah otak bekerja dengan mengingat kembali huruf-huruf.
b.   Membangun rasa percaya diri
Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami dan diketahui dalam lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar, seperti kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu, mereka sering dilecehkan, diejek, atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan disebabkan kemalasan.
Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman yang sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana.
c.   Terapi
Saat anak diketahui mengalami gangguan disleksia, patut diberikan terapi sedini mungkin, seperti terapi mengulang dengan penuh kesabaran dan ketekunan untuk membantu si anak mengatasi kesulitannya. Anak-anak yang mengalami disleksia sering merasakan tidak dapat melakukan atau menghasilkan yang terbaik seperti yang mereka inginkan.
Oleh sebab itu, guru-guru di sekolah seharusnya bisa melakukan beberapa cara untuk membantu anak-anak tersebut, seperti menggunakan alat tulis berbagai warna untuk menulis kata yang penting, memberikan waktu istirahat selama 10 menit dari setiap 20 menit belajar membaca, memberikan waktu lebih saat menulis dan membaca.
Guru juga dapat memberikan soal atau tulisan dengan ukuran huruf yang lebih besar agar terlihat jelas dan dapat menarik penglihatan mereka. Intinya, anak-anak penderita disleksia perlu diberikan kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya. Karena, mereka juga memiliki potensi yang besar.Dan anak-anak itu butuh perhatian khusus.

5. Mengatasi Anak yang Mengalami Disgrafia
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
a.   Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja setiap hari. Atau bisa juga orang tua dari si anak meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
b.   Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
c.   Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
d.   Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Adapun penanganan secara terstruktur dapat dilakukan melalui beberapa hal berikut:
a.   Faktor kesiapan menulis
Menulis membutuhkan kontrol maskular, koordinasi mata-tangan, dan diskriminasi visual. Aktivitas yang mendukung kontrol muskular antara lain: menggunting, mewarnai gambar, finger painting, dan tracing. Kegiatan koordinasi mata-tangan antara lain: membuat lingkaran dan menyalin bentuk geomteri. Sementara itu, pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya, sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.
b.   Aktivitas lain yang mendukung
    Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas serta bawah, dan jari.
    Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
    Menyambungkan titik.
    Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
    Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
    Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
    Membuat garis miring secara vertikal.
    Menyalin bentuk-bentuk sederhana.
    Membedakan bentuk huruf yang mirip bentuknya dan huruf yang hampir sama bunyinya.
c.   Menulis huruf lepas/cetak
    Perlihatkan sebuah huruf yang akan ditulis.
    Ucapkan dengan jelas nama huruf dan arah garis untuk membuat huruf itu.
    Anak menelusuri huruf itu dengan jarinya sambil mengucapkan dengan jelas arah garis untuk membuat huruf itu.
    Anak menelusuri garis tersebut dengan pensilnya.
    Anak menyalin contoh huruf itu di kertas/bukunya.
Jika cara ini sudah dikuasai, mintalah anak menyambungkan titik yang dibentuk menjadi huruf tertentu, sampai akhirnya anak mampu membuat huruf dengan baik tanpa dibantu. Tahap selanjutnya adalah menulis kata dan kalimat.
d.   Menulis huruf transisi
Huruf transisi adalah huruf yang digunakan untuk melatih siswa sebelum menguasai huruf sambung. Adapun langkah-langkah pengajarannya sebagai berikut:
    Kata atau huruf ditulis dalam bentuk lepas atau cetak.
    Huruf yang satu dan yang lain disambungkan dengan titik-titik dengan meggunakan warna yang berbeda.
    Anak menelusuri huruf dan sambungannya sehingga menjadi bentuk huruf sambung.
e.   Menulis huruf sambung
    Mengajarkan huruf sambung dapat menggunakan langkah-langkah huruf lepas dan transisi.
    Tabel cara melatih anak disgrafia agar dapat menulis dengan baik dan benar.
Faktor    Masalah    Penyebabnya    Remedial
Bentuk    Huruf terlalu miring    Posisi kertas yang miring    Betulkan posisi kertas sehingga tegak lurus dengan badan
Ukuran    Terlalu besar dan terlalu tebal    •    Kurang memahami garis tulisan
•    Gerakan tangan yang kaku    •    Ajarkan kembali tentang konsep ukuran dan perjelas garis tulisan
•    Latih gerakan tangan, salah satu caranya dengan latihan membuat lingkaran atau bentuk lengkung
Spasi    •    Huruf dalam satu kata seperti menumpuk

•    Spasi antar-huruf terlalu lebar    •    Kurang memahami konsep spasi
•    Kurang memahami bentuk dan ukuran    • Ajarkan kembali konsep spasi antar-kata
• Kaji kembali konsep bentuk ukuran dan huruf
Kualitas garis    Terlalu tebal atau menekan terlalu tipis    Masalah pada tekanan tulisan    Perbaikilah cara-cara   memegang alat tulis, perbaiki juga gerakan tangan, serta berikan latihan menulis di atas kertas tipis dan kertas kasar
Kecepatan    Lambat ketika dalam menulis yaitu ketika menyalin atau saat dikte    Tingkat kemampuan menulis tidak sebanding dengan kecepatannya    Latih menarik garis lurus dengan cepat serta latihan membuat bentuk melingkar, tegak dan melengkung di kertas berpetak

6. Mengatasi Anak yang Mengalami Diskalkulia
    Guru dan orang tua harus menyadari taraf perkembangan anak.
    Pendekatan yang sistematis dengan alokasi waktu yang tepat buat anak.
    Perlu stategi belajar yang efektif dan memancing anak untuk memepertanyakan matematika dalam dirinya.
    Pelatihan dan bimbingan buat anak-anak yang akan membantu pemecahan masalah dalam menghadapi kesulitan pelajaran matematika.
    Memverbalisasikan konsep matematika yang rumit dengan cermat. Dengan cara ini mempermudah anak untuk mengerti konsep matematika.
    Tulis angka-angka di atas kertas untuk mempermudah anak melihat. Dan menuliskan urutan angka-angka untuk membantu memahami konsep angka secara keseluruhan.
    Jangan biarkan anak untuk berpikir secara abstrak tentang matematika.
    Matematika dapat digunakan dalam konsep kegiatan sehari-hari. Seperti mengajak anak untuk menghitung kursi yang ada dimeja makan. Usahakan anak aktif untuk menghitung dalam kegiatan ini.
    Berikan pujian ketika anak sudah menujukkan kemajuan, tetapi jangan terlalu menekan anak untuk pandai berhitung.
    Gunakan gambar agar anak merasa nyaman dan tidak terlalu fokus dengan penghitungan. Gunakan gambar yang menyenangkan.
    Ingatan anak diasah terus menerus agar ingatannya tentang informasi-informasi yang ada tidak terbuang.




BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Learning disabilities atau kesulitan belajar adalah istilah untuk mereka yang mengalami gangguan atau hambatan dalam hal memahami dan mempelajari sesuatu. Learning disabilities disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal diantaranya gangguan neurologist atau disfungsi otak dan psikologis serta faktor eksternal diantaranya lingkungan tempat ia tinggal.
    Klasifikasi kesulitan belajar diantaranya disleksia yaitu kesulitan membaca, disgrafia, kesulitan menulis dan diskalkulia kesulitan berhitung.
Anak yang mengalami kesulitan belajar ini perlu mendapat bimbingan dan penanganan khusus. Mereka bukanlah tidak bisa belajar, hanya membutuhkan perhatian lebih serta bimbingan untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami. Peran keluarga khususnya orang tua serta guru sangat dibutuhkan untuk mengarahkan mereka agar bisa seperti layaknya anak normal lain serta dapat menjalani kehidupannya di lingkungan masyarakat dengan baik.

B.    Saran
Setiap anak memiliki hal masing-masing yang membuat mereka berbeda. Begitu juga anak kesulitan belajar. Mereka memang memiliki perbedaan dengan anak lainnya tetapi mereka tetaplah anak-anak yang mmebutuhkan kasih sayang, perhatian serta perlakuan yang sama. Dalam hal memperlakukan anak kesulitan belajar janganlah menganggap perbedaan mereka menjadi hal yang negatif sehingga mereka terkucilkan. Anak kesulitan belajar memiliki potensi serta kelebihan bakat-bakat di samping kekurangan mereka. Memperhatikan serta membantu mengembangkan bakat anak kesulitan belajar adalah hal yang perlu dilakukan untuk membangkitkan kepercayaan diri dan mengaktualisasi diri mereka.





DAFTAR PUSTAKA

http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/viewFile/96/56
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-ZAENAL_ALIMIN/KESULITAN_BELAJAR.pdf
http://hanglekiumc.com/2012/10/05/mengenal-anak-berkesulitan-belajar/
http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia
http://harfiahnurul.blogspot.com/2013/05/disleksia-kesulitan-membaca-menulis_16.html
http://fanisliend.blogspot.com/2012/04/makalah-gangguan-belajar-disgrafia.html
http://andika752.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://syauquljazil.wordpress.com/2013/01/06/49/